Saturday, March 24

Kita yang tak sama



Memang benar, kita hidup di atas jutaan perbedaan. Perbedaan kulit, benua, waktu, gender, bahkan mungkin setiap oksigen yang kita hirup dan karbondioksida yang kita keluarkan dalam setiap helai nafas berbeda satu sama lain. 


Konon, cinta bisa menyatukan segalanya. Namun, apakah cinta juga sanggup menyatukan kita di atas perbedaan keyakinan? Perbedaan agama?

Tuhan. Kita tak sama, tapi bukankan kita tetap memanggil-Nya Tuhan??


Kamu, berhasil membuatku tenggelam lebih lama dalam setiap sujud. Sujud yang biasanya hanya menjadi salah satu syarat syah dalam ibadahku. ­hanya untuk sekedar menanyakan kepada-Nya, apakah kamu boleh menjadi imamku? Apakah boleh meski kita tak sama?
Tuhan diam.

Kuulang lagi pertanyaan itu dalam sujudku dalam rekaat selanjutnya sampai sujudku dalam rekaat terakhir. Tuhan, masih diam.


Apa mungkin dia marah aku menanyakan hal yang seharusnya aku sudah tau jawabannya? Dia menjawabnya dalam peganganku, bahkan jauh sebelum aku menanyakannya.

Umm…Mungkin Tuhanku mau melihatku mengikat janji suci dengan calon imamku di rumah-Nya, bukan di Altar. Dan bahkan Tuhan kita mungkin tak ingin melihat kita mengikat janji suci di masjid dan di Altar.

Mungkin Tuhanku tak mau melihatku sendiri ketika bertemu dengannya dalam ibadah lima waktu. 

Mungkin Tuhanku menginginkan ada tangan yang aku cium selepas mengucapkan salam sebagai penutup rekaat.

Mungkin Tuhanku menginginkan ada seseorang yang membenarkanku ketika aku salah membaca ayat-ayat-Nya.

Mungkin Tuhanku tak mau mendengar kita menyebut “Amin Ya Rabbal Alamin” dan “Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus” secara bersamaan seusai berdoa di meja yang sama sebelum makan. 

Mungkin Tuhanku tak mau mendengar “Alhamdulillah” dan “Puji Tuhan” dalam waktu yang bersamaan ketika anak kita sembuh dari sakitnya.

Mungkin Tuhanku juga tak mau kelak anak kita berangkat ke masjid setiap hari Jumat dan pergi beribadah ke gereja setiap hari minggu.

Mungkin Tuhanku tak mau aku berpuasa sendirian. 

Mungkin Tuhanmu juga demikian. Tak ingin melihatmu pergi beribadah dan merayakan natal sendirian. 

Aku tak memintamu untuk mengkhianati-Nya dan aku pun tak ingin mengkhianati-Nya. 

Tuhan memang satu, kita yang tak sama.
(Marcell-Peri Cintaku)

*gambar-gambar dambil dari google*

1 comment:

dici said...

cinta itu menuruti kata hati..
kembalikan semua pada-Nya,
Sang Maha membolak-balikkan hati manusia.
Dia menciptakan keadaan ini nyata,
tidaklah tanpa alasan bukan?
tetaplah berjuang,
kelak di ujung jalan kamu akan temukan jawaban
:")
*pukpuk buddy*