Monday, March 26

Hujan Penghujung Maret

*ambil shower* *bikin hujan buatan di blog* *hujan-hujannan di blog*
 *play Adhitia Sofyan - After the Rain*


Hujan. banyak sekali yang menyukainya, aku hanya satu dari enam miliar delapan ratus empat puluh juta lima ratus tujuh ribu tiga penduduk bumi yang cukup ngefans sama hujan (ini beneran lhoh, aku googling soalnya) B)



Hujan itu...
orang bilang hujan itu romantis. hujan pintar dalam urusan yang satu ini. hujan bisa menyulap sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
jaket misalnya, hujanlah yang membuatnya spesial. hujan yang memaksa kalian berlindung dibawah sebuah jaket sehingga hati kalian bisa saling berdekatan.#tsaaah *benerin ati eh poni*
sepayung berduaaaa...aaaihhhhh
atau mungkin biar semakin dekat, kalian bisa berteduh dibawah piring! IYAPIRING! ide yang bagus dan penuh modus bukaaaaan? B)

*neng nong neng nong* Pembangkit Kenangan Tenaga Hujan
orang bilang hujan itu salah Tenaga Pembangkit Masa Lalu. iya, benar hujan merupakan salah satu fenomena alam yang bermanfaat sebagai tenaga pembangkit masa lalu. gara-gara hujan, banyak orang yang langsung mencari spot dekat jendela, kemudian memandang jauh ke luar, dan pada akhirnya menuliskan "Love You" di kaca #halaaaaah

INI BUKAN PENGALAMAN PRIBADI LHO YAAA...! BUKAN PENGALAMAN PRIBADI! BUKAN..BUKAN! 

(,--)/|kucing|

oke, intinya banyak orang menjadi mendadak galau gara-gara hujan. seakan-akan pengalaman hidup, kenangan-kenangan di masa lalu, wajah-wajah orang terkasih semua ter-slide show layaknya presentasi.

Hujan Itu Sekutu Air Mata
orang bilang I like walking in the rain cause no one knows I'm Crying. umm....orang-orang yang demikian merupakan orang pemalu. atau mungkin air mata mereka nggak pede buat tampil di hadapan orang lain, jadi mereka memanfaatkan hujan sebagai "teman tampil" bagi si Air mata. #eeaaa


 tips >> kalau ujan-ujan jangan kaya begini yeee  




ini baru alasan sepersekian dari sepersekian sekian banyak penduduk bumi sebanyak Enaaaam...(ahh baca sendiri lagi di atas yaa!) mengapa mereka menyukai Hujan. kira-kira masih ada enam miliar delapan ratus empat puluh juta lima ratus tujuh ribu alasan mengapa hujan itu menyenangkan.

namun, tanpa kamu, hujan tidak berarti demikian.
tanpa kamu, mereka hanya sekumpulan air yang takut jatuh sendirian.
tanpa kamu, mereka tak akan bisa munculkan kehangatan.
tanpa kamu, mereka tak akan bisa bangkitkan kenangan.
dan tanpa kamu, mereka tak akan menjadi sekutu untuk para air mata.
tanpa kamu, hujan dan kaca jendela tak akan berarti apa-apa. tidak akan ada "Love You" di sana. #eh


terimakasih hujannya, penghujung maret :))



Saturday, March 24

Kita yang tak sama



Memang benar, kita hidup di atas jutaan perbedaan. Perbedaan kulit, benua, waktu, gender, bahkan mungkin setiap oksigen yang kita hirup dan karbondioksida yang kita keluarkan dalam setiap helai nafas berbeda satu sama lain. 


Konon, cinta bisa menyatukan segalanya. Namun, apakah cinta juga sanggup menyatukan kita di atas perbedaan keyakinan? Perbedaan agama?

Tuhan. Kita tak sama, tapi bukankan kita tetap memanggil-Nya Tuhan??


Kamu, berhasil membuatku tenggelam lebih lama dalam setiap sujud. Sujud yang biasanya hanya menjadi salah satu syarat syah dalam ibadahku. ­hanya untuk sekedar menanyakan kepada-Nya, apakah kamu boleh menjadi imamku? Apakah boleh meski kita tak sama?
Tuhan diam.

Kuulang lagi pertanyaan itu dalam sujudku dalam rekaat selanjutnya sampai sujudku dalam rekaat terakhir. Tuhan, masih diam.


Apa mungkin dia marah aku menanyakan hal yang seharusnya aku sudah tau jawabannya? Dia menjawabnya dalam peganganku, bahkan jauh sebelum aku menanyakannya.

Umm…Mungkin Tuhanku mau melihatku mengikat janji suci dengan calon imamku di rumah-Nya, bukan di Altar. Dan bahkan Tuhan kita mungkin tak ingin melihat kita mengikat janji suci di masjid dan di Altar.

Mungkin Tuhanku tak mau melihatku sendiri ketika bertemu dengannya dalam ibadah lima waktu. 

Mungkin Tuhanku menginginkan ada tangan yang aku cium selepas mengucapkan salam sebagai penutup rekaat.

Mungkin Tuhanku menginginkan ada seseorang yang membenarkanku ketika aku salah membaca ayat-ayat-Nya.

Mungkin Tuhanku tak mau mendengar kita menyebut “Amin Ya Rabbal Alamin” dan “Atas Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus” secara bersamaan seusai berdoa di meja yang sama sebelum makan. 

Mungkin Tuhanku tak mau mendengar “Alhamdulillah” dan “Puji Tuhan” dalam waktu yang bersamaan ketika anak kita sembuh dari sakitnya.

Mungkin Tuhanku juga tak mau kelak anak kita berangkat ke masjid setiap hari Jumat dan pergi beribadah ke gereja setiap hari minggu.

Mungkin Tuhanku tak mau aku berpuasa sendirian. 

Mungkin Tuhanmu juga demikian. Tak ingin melihatmu pergi beribadah dan merayakan natal sendirian. 

Aku tak memintamu untuk mengkhianati-Nya dan aku pun tak ingin mengkhianati-Nya. 

Tuhan memang satu, kita yang tak sama.
(Marcell-Peri Cintaku)

*gambar-gambar dambil dari google*